MANAJEMEN
KEUANGAN
Manajemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan
ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisme. Pada awal lahirnya
kapitalisme sebagai system ekonomi pada abad 18, manajemen keuangan hanya
membahas topic rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut ia memiliki peranan antara
lain sebagai berikut :
1. Tahun 1900 awal : Penerbit surat berharga
2. Tahun 1930 – 1940 : kebangkrutan, reorganisasi
3. Tahun 1940 – 1950 : anggaran & internal audit
4. Tahun 1950 – 1970 : eksternal perusahaan
5. Tahun 1970 – 1980 : inflasi
6. Tahun 1980 – 1990 : krisis ekonomi keuangan
7. Tahun 1990 – sekarang : globalisasi
2. Tahun 1930 – 1940 : kebangkrutan, reorganisasi
3. Tahun 1940 – 1950 : anggaran & internal audit
4. Tahun 1950 – 1970 : eksternal perusahaan
5. Tahun 1970 – 1980 : inflasi
6. Tahun 1980 – 1990 : krisis ekonomi keuangan
7. Tahun 1990 – sekarang : globalisasi
Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor antara lain kebijakan moneter, kebijakan pajak, kondisi ekonomi,
kondisi social, dan kondisi politik. Kebijakan moneter berhubungan dengan
tingkat suku bunga dan inflasi. Khususnya inflasi mempunyai dampak langsung
terhadap manajemen keuangan antara lain masalah :
1. Masalah akuntasi
2. Kesulitan perencanan
3. Permintaan terhadap modal
4. Suku bunga
5. Harga obligasi menurun
Kondisi ekonomi juga mempunyai dampak lansung terhadap manajemen keuangan antar alin masalah :
1. Persaingan internasional
2. Keuangan internasional
3. Kurs pertukaran yang berfluktuasi
4. Marger, pengambilalihan, dan restrukturisasi
5. Inovasi keuangan dan rekayasa keuangan
2. Kesulitan perencanan
3. Permintaan terhadap modal
4. Suku bunga
5. Harga obligasi menurun
Kondisi ekonomi juga mempunyai dampak lansung terhadap manajemen keuangan antar alin masalah :
1. Persaingan internasional
2. Keuangan internasional
3. Kurs pertukaran yang berfluktuasi
4. Marger, pengambilalihan, dan restrukturisasi
5. Inovasi keuangan dan rekayasa keuangan
A.
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-
fungsi keuangan. Fungsi-fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh
dana (raising of fund) dan bagaimana
menggunakan dana tersebut (allocation of
fund). Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang
layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana
untuk membelanjai aktiva tersebut.
Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah
aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan
sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai
kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang
berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam perusahaan.
Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara
pihak membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal dari pasar modal
ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber dari
dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan),
cadangan, maupun depresiasi. Setelah dana diperoleh, dana
tersebut harus digunakan untuk membelanjai operasi perusahaan. Dana akan
tertanam pada berbagai kekayaan riil perusahaan.
Beberapa definisi :
Manajemen
Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh
sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya se-efektif, se-efisien,
seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.
Manajemen
keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan.
Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas
pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi,
pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan
Copeland, 1992: 2)
Manajemen
Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh
organisasi atau perusahaan.
B.
Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan
tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain
meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian
deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah
merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan
menyangkut empat (4) aspek yaitu:
1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer
keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung
jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai
keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer
lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin
4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer
keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana dana dapat
diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya.
Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan
keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
C.
Keputusan dan Tanggung Jawab Manajer Keuangan
Manajer keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap apa yang telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi
tanggung jawab manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis:
1.
Mengambil keputusan investasi (investment decision),
Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekolompok
kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai
paling menguntungkan.
2.
Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision),
Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk
melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang
menimbulkan biaya paling murah.
3.
Mengambil keputusan dividen (dividend decision) atau dividen policy, Menyangkut masalah
penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian
saham dividen dan pembelian kembali saham-saham.
Keputusan-keputusan tersebut harus diambil dalam kerangka
tujuan yang seharusnya dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan
dijual. Apabila perusahaan “go public”
maka nilai perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut.
Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih
makmur sehingga mereka menjadi lebih senang.
Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen keuangan
menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Perolehan dana dengan biaya murah.
2.
Penggunaan dana efektif dan efisien
3.
Analisis laporan keuangan
4.
Analisis lingkungan Internal dan eksternal yang berhubungan
dengan keputusan rutin dan khusus.
D.
Kedudukan Manajer Keuangan Dalam Struktur Organisasi Perusahaan
Di dalam perusahaan yang besar
bidang keuangan dipimpin oleh seorang manajer keuangan (chief financial
manager). Manajer keuangan atau sering disebut direksi keuangan melaporkan
secara langsung kepada direktur keuangan atau presiden direktur. Sedangkan di dalam departemen
keuangan dalam suatu perusahaan dibagi lagi ke dalam beberapa bagian/divisi
yang dipunyai oleh seorang kepada divisi meliputi:
1.
Divisi anggaran, bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan memperbaiki
bugdet operasi (operating bugdet)
2.
Divisi penganggaran modal (capital budgeting) yang
bertanggung jawab untuk mempersiapkan analisis pengeluaran modal
3.
Divisi perencanaan keuangan, yang bertanggung jawab untuk
mengambil alternatif pemenuhan kebutuhan dana jangka panjang
4.
Divisi perencanaan keuangan jangka pendek, yang bertanggung jawab terhadap
pemenuhan kebutuhan dana jangka pendek, serta investasi jangka pendek pada
surat berharga (marketable securities)
5.
Divisi kredit, bertanggung jawab untuk menentukan kredit yang akan
diberikan kepada langganan, disamping itu divisi ini juga bertanggung jawab
dalam negoisasi dengan kreditor (lembaga keuangan Bank dan bukan Bank)
6.
Divisi hubungaan masyarakat (human relation), bertanggung jawab
terhadap pembentukan image/komunikasi antara perusahaan, pemegang saham, para
investor dan masyarakat keuangan secara umum.
E.
Tujuan Manajemen Keuangan Pada
Perusahaan
Pada dasarnya tujuan manajemen
keuangan (The Main Objective of Financial Management) adalah
memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham,
bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan
tanggung jawab social, mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek.
Sedangkan arti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan
sebagai berikut :
1.
Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value)
semua keuntungan di masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
2.
Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar
laba bersih dalam pengertian akuntansi.
Akan tetapi dibalik tujuan tersebut masih terdapat konflik
antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika
perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat,
sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama
sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa
merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitias perusahaan.
Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam
bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau
memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti
bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan
para pemegang obligasi.
Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik perusahaan
tidak mengingkari adanya social objectives dan kewajiban sosial. Tanggung jawab
sosial adalah satu aspek penting dari tujuan perusahaan, maksudnya:
1.
Keberhasilan memaksimumkan nilai perusahaan akan memberikan
sumbangan yang berarti kepada lingkungan sosial secara keseluruhan. Artinya
jika manajemen keuangan menuju pada maksimalisasi harga saham, maka diperlukan
manajemen yang baik dan efisien sesuai dengan permintaan konsumen.
2.
Pengaruh (dampak) lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan
kerja, keamanan produk juga harus diperhitungkan. Dimana perusahaan yang
berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi sebagai prioritas, sehingga
menghasilkan produk baru, penemuan teknologi baru dan perluasan lapangan
pekerjaan.
3.
Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu
syarat penting agar perusahaan tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Faktor-faktor luar seperti pencemaran lingkungan, jaminan keamanan
produk dan keselamatan kerja menjadi lebih penting untuk dipertimbangkan.
Fluktuasi di semua tingkat kegiatan bisnis dan perubahan-perubahan yang terjadi
pada kondisi pasar keuangan merupakan aspek penting dari lingkungan luar.
4.
Perusahaan harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham dalam kendala legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan
lingkungan. Kerjasama antara industri dan pemerintah sangat diperlukan untuk
menciptakan peraturan yang mengatur perilaku perusahaan, dan sebaliknya
perusahaan mematuhi peraturan tersebut.
Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai
perusahaan dengan pertimbangan teknis sebagai berikut :
1.
Memaksimumkan nilai bermakna lebih luas daripada
memaksimumkan laba, karena memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan
pengaruh waktu terhadap nilai uang.
2.
Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai resiko
terhadap arus pendapatan perusahaan.
3.
Mutu dari arus dana yang diharapkan diterima di masa yang
akan datang mungkin beragam.
Nilai ialah sesuatu yang dijunjung tinggi dan dihormati.
Dalam perusahaan hal itu diwujudkan dalam perhitungan laba oprasional bersih
atau net operating profit after tax
yang lazim disebut NOPAT. Perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai maksimum
jika NOPAT lebih besar dari pada biaya modal yang digunakan untuk memperoleh
laba tersebut. Misalnya perusahaan memiliki modal Rp 1000, biaya modal yang
diperhitungkan 10% per tahun, Laba oprasi Rp150. pajak 20%. Nilai Perusahaan
sebesar:
[Laba Operasi (1 – Pajak ) – ( Biaya
Modal X Modal)]
= --------------------------------------------------------------------------------
Biaya Modal
[Rp 150 ( 1 – 0,20) – (0,10 X Rp 1000)]
= -------------------------------------------------------------- = 0,10
Rp 1200
= --------------------------------------------------------------------------------
Biaya Modal
[Rp 150 ( 1 – 0,20) – (0,10 X Rp 1000)]
= -------------------------------------------------------------- = 0,10
Rp 1200
Berdasarakan perlindungan diatas, perusahaan memiliki
tambahan nilai modalnya ( atau nilai invetasinya) Rp 1000, sedangkan nilai
perusahaan berdasarkan kapitalisasi laba oprasi bersih Rp 1200. Manajemen harus
berusaha agar nilai perusahaan semaksimum mungkin, artinya ia harus mampu
memperoleh laba operasi sebesar-besarnya dengan modal yang digunakan sekecil
mungkin.
F.
Lingkungan Keuangan
Aspek lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan
adalah sektor keuangan di bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan
(financial markets), lembaga keuangan (financial institutions)
dan instrumen keuangan (financial instruments).
1.
Pasar keuangan, menunjukkan pertemuan antara
permintaan dan penawaran akan aktiva finansial (financial asset) atau sering
disebut sebagai sekurities. Sekurities adalah secarik kertas (surat) yang
mempunyai nilai pasar karena surat tersebut menunjukkan klaim atas aktiva riil
perusahaan (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang dagangan, merek
dagang, dll.)
2.
Lembaga keuangan yaitu lembaga yang berperan sebagai
lembaga intermediari (financial intermediation) dengan mempertemukan unit
surplus dengan unit defisit. Contoh lembaga keuangan dalam sistem moneter
adalah Bank sentral, Bank pencipta uang giral/bank umum. Lembaga keuangan dan
di luar sistem moneter (bank bukan pencipta uang giral/BPR), lembaga pembiayaan,
perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga di bidang pasar modal, dll.
3.
Instrumen Keuangan, contohnya adalah uang, saham,
hutang, dan surat berharga di pasar uang dan pasar modal lainnya.
G.
AKTIVITAS MANAJEMEN KEUANGAN
1. KONSEP MODAL
Sebelum membahas lebih jauh tentang
aktivitas dalam manajemen keuangan, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
Konsep Modal. Dalam ilmu ekonomi, istilah “capital” (modal) merupakan
konsep yang pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks penggunaannya
dan aliran pemikiran (school of thought) yang dianut. Secara historis konsep
modal juga mengalami perubahan/perkembangan (lihat Snavely, dalam Encyclopedia
Americana 1980:595) :
Dalam abad ke-16 dan 17 istilah
“capital” dipergunakan untuk menunjuk kepada, atau (a) stok uang yang akan
dipakai untuk membeli komoditi fisik yang kemudian dijual guna memperoleh
keuntungan, atau (b) stok komoditi itu sendiri. Pada waktu itu istilah “stock”
dan istilah “capital” sering dipakai secara sinonim. Perusahaan dagang Inggris yang
didirikan dalam masa itu atas dasar saham misalnya, dikenal sebagai “Join Stock
Companies” atau “Capital Stock Companies”.
Adam Smith dalam the Wealth of
Nation (1776), juga menggunakan istilah “capital” dan “circulating capital”.
Pembedaan ini didasarkan atas kriteria sejauh mana suatu unsur modal itu
terkonsumsi dalam jangka waktu tertentu (misal satu tahun). Jika suatu unsur
modal itu dalam jangka waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya
sebagian (kecil) nilainya menjadi susut, maka unsur itu disebut “fixed capital”
(misal mesin, bangunan, dan sebagainya). Tetapi jika unsur modal terkonsumsi
secara total, maka ia disebut “circulating capital” (misal tenaga kerja, bahan
mentah dan sarana produksi). Pembedaan semacam ini (yang juga masih umum
dipergunakan sampai sekarang), mendapat kritik dari Marx (lihat Bottomore
1983:60—63).
John Stuart Mill dalam Principle of
Political Economy (1848) menggunakan istilah “capital” dengan arti: (1) barang
fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dan (2) suatu dana yang
tersedia untuk mengupah buruh.
Pada akhir abad ke-19, modal dalam
arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dipandang
sebagai salah satu di antara empat faktor utama produksi (tiga lainnya adalah tanah,
tenaga kerja dan organisasi atau managemen). Para ahli ekonomi neo-klasik pun
menggunakan pandangan ini (misalnya Alfred Marshall dalam Principles of
Economies 1890).
Sekarang, “modal” sebagai suatu
konsep ekonomi dipergunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Dalam rumusan yang
sederhana, misalnya Mubyarto memberikan definisi: “modal” adalah barang atau
uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang baru” (1973:94). Dalam artian yang lebih luas, dan dalam tradisi
pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, “modal” mengacu kepada “asset” yang
dimiliki seseorang sebagai kekayaan (wealth) yang tidak segera dikonsumsi
melainkan, atau disimpan (“saving” adalah “potential capital”), atau dipakai
untuk menghasilkan barang/jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat
berwujud barang dan uang. Tetapi, tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal.
Sejumlah uang itu menjadi modal kalau ia ditanam atau diinvestasikan untuk
menjamin adanya suatu “kembalian” (rate of return).
Dalam arti ini modal juga mengacu
kepada investasi itu sendiri yang dapat berupa alat-alat finansial seperti
deposito, stok barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana
produksi, atau dapat pula berupa sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat
berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa
barang (capital goods), mencakup “durable (fixed) capital” dalam bentuk
bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan
barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru; dan
“no-durable” (circulating) capital, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah
jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi. Terdapat pula
adanya penggunaan istilah “capital”
untuk mengacu kepada arti yang lebih khusus, misalnya “social capital” dan “human
capital”. Istilah yang pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia
bagi kepentingan umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan
sebagainya; sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor manusia produtif
yang secara inherent tercakup faktor kecakapan dan keterampilan manusia.
Menyelenggarakan pendidikan misalnya, disebut sebagai suatu investasi dalam “human capital” (Schultz 1961, menurut
Mubyarto 1973:98).
Para ahli ekonomi non-Marxian—apapun
mazhab yang dianutnya pada umumnya mengikuti
pengerian-pengertian di atas, sedangkan Marx menggunakan istilah “capital”
untuk mengacu kepada konsep yang sama sekali lain. “Modal” bukanlah barang,
melaikan hubungan (produksi) sosial yang menampakkan diri sebagai barang.
Memang, berbicara tentang modal berarti berbicara tentang “bagaimana membuat
uang”, tetapi asset yang “membuat” uang itu mewadahi hubungan khusus antara si
pemilik dengan yang bukan pemilik sedemikian rupa sehingga bukan saja bahwa
uang “dibuat”, tetapi juga bahwa hubungan-hubungan pemilikan pribadi yang
melahirkan proses tersebut secara terus-menerus terlestarikan (Bottmore
1983:60).
Dengan demikian, “capital” adalah
suatu konsep abstrak yang manifestasinya dapat berupa barang atau uang. Karena
itu, ia merupakan kategori yang kompleks, yang tidak cukup diterangkan hanya
dengan satu definisi. Konseptualisasi Marx mengenai “capital” barangkali dapat
dijabarkan secara sederhana dalam enam butir pokok berikut ini (Bottomore
1983:60—63):
Pertama, transformasi uang menjadi modal berjalan melalui proses
tertentu, terdiri dari dua rangkaian transaksi dalam suasana sirkulasi, yaitu:
(1) menjual komoditas (K) dan uang yang diterima (U) dipakai untuk membeli
komoditas lain; dan (2) membeli komoditas untuk kemudian dijual lagi (Secara
bagan: K-U-K; dan U-K-U).
Kedua, dalam rangkaian transaksi itu faktor “nilai” menjadi
penting, sebab terutama dalam U-K-U, transaksi itu hanya bermakna jika jumlah
uang pada titik akhir menjadi lebih besar daripada jumlah asal (kalau tidak, ya
bagaimana keuntungan dapat diperoleh). Kalau pertukaran itu merupakan
pertukaran nilai yang setara, bagaimana tambahan uang bisa diperoleh?
Sebaliknya, kalau tidak setara, berarti nilai itu sendiri tidak tercipta. Marx
menjawab persoalan ini dengan menerapkan “nilai-guna”. Nilai guna mempunyai
sifat “menciptakan” nilai tambahan atau “nilai-lebih”. Komoditas yang mempunyai
nilai-guna seperti itu adalah tenaga kerja.
Ketiga, jalur K-U-K, secara tipikal mengacu kepada transaksi
pengupahan tenaga kerja. Buruh menjual tenaganya untuk memperoleh sejumlah uang
(berupa upah) yang pada gilirannya dipakai untuk membeli barang lain (pangan
dan lain-lain kebutuhan) yang diperlukan untuk dapay me-“reproduksi” tenaganya.
Karena itu dalam transaksi ini, uang sama sekali tidak bertindak sebagai modal
(Bandingkan dengan Mill di atas). Namun, jika dilihat dari arah transaksi yang
terbalik, yaitu dari si penguah, dan “nilai” dimasukan, maka uang di sin dapay
disebut sebagai unsur modal yang oleh Marx disebut dengan istilah variable
capital (VC) (lihat poin enam di belakang). Tetapi VC dilihat dari si pengupah.
Keempat, sebaliknya, jalur U-K-U meupakan transaksi yang mencakup
pembelian sarana produksi yang kemudian diolah menjadi produk yang kmudian
dijual untuk memperoleh uang lebih banyak. Jadi, berbeda dengan upah yang
dibelanjakan untuk membeli barang yang dikonsumsi dan kemudian lenyap sama
sekali, dalam jalur U-K-U ini uang hanya merupakan “advance” untuk kemudian muncul kembali dalam jumlah yang lebih
banyak. Disinilah uang ditranformasikan menjadi capital dalam suatu proses
historis ketika tenaga kerja menjadi komodits—di sini terkait dengan konsep
freedom makna ganda).
Kelima, dengan demikian, modal dalam konsep Marx adalah “nilai yang
membengkak sendiri” (self expanding value) atau “nilai dalam gerak” (value in
motion).
Keenam, ada sepasang konsep lagi dari Marx yang sering dikacaukan
penggunaannya dengan konsep fixed dan circulating capital dari ekonomi
non-Marxian, yaitu apa yang disebut constant capital (CC) dan variable capital
(VC). Kedua pasangan itu sama sekali berbeda maknanya. CC adalah
bagian dari modal yang dikeluarkan (advance)
untuk diubah menjadi sarana produksi yang dalam proses produksi tidak mengalami
perubahan nilai. Artinya, “nilai” sarana produksi itu disimpan dalam “nilai”
produk yang dihasilkan, suatu proses pengalihan “nilai” melalui proses kerja.
Proses produksi adalah transformasi “nilai-guna”. Nilai-guna dari barang (sarana
produksi) yang diolah, dikonsumsi. Tetapi “nilai” barang itu sendiri dialihkan
ke dalam produk baru. Demikian tentang CC. VC adalah bagian dari modal yang
dikeluarkan untuk diubah menjadi tenaga kerja yang dalam proses produksi
kegiatannya menuju kepada dua arah, yaitu produksi nilai setaranya sendiri, dan
di lain pihak menghasilkan “nilai-tambah”, yang besarnya bragam menurut
keadaan.
Dengan demikian, dalam konsep Marx,
unsur-unsur modal itu dapat dibedakan menurut dua macam kriteria. Pertama, dari
kriteria proses kerja, ada faktor obyektif yaitu sarana produksi, dan ada
faktor subyektif yaitu tenaga kerja. Kedua, dilihat dari segi penetapan nilai
(valorization), ada constant capital dan ada variable capital.
Sehingga disimpulkan bahwa Modal
adalah hutang/kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pemilik dan
Hutang adalah kewajiban yang harus dibayar kepada pihak lain sehingga Harta =
utang + modal dan Hak = kewajiban.
2.
AKTIVITAS KEUANGAN
1.
AKTIVITAS PEMBIAYAAN ( Financing
Activity )
Aktivitas
pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan manajemen perusahaan untuk mencari sumber
modal ( sumber eksternal dan internal ) untuk membiayai kegiatan bisnis.
A.
SUMBER EKSTERNAL
2.
Modal Pemilik atau modal sendiri (Owner Capital atau Owner Equity).
Atau modal saham (Capital Stock ) yang terdiri dari : Saham Istimewa (Preferred
Stock) dan Saham Biasa (Common Stock).
3.
Utang (Debt), Utang Jangka Pendek
(Short-term Debt) dan Utang Jangka Panjang (Long-term Debt).
4.
Lain-lain, misalnya hibah.
B. SUMBER INTERNAL :
1.
Laba Ditahan (Retained Earning)
2.
Penyusutan, amortisasi, dan Deplesi ( Depreciation,
Amortization, dan Deplention)
3.
Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap yang tidak
produktif.
3.
AKTIVA INVESTASI (Investment
activity)
Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan
pemikiran hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecil-kecilnya.
Aktivitas itu meliputi :
1.
Modal Kerja (working Capital) atau harta lancar (Current
Assets)
2.
Harta Keuangan (Finanncial assets) yang terdiri :
investasi pada saham (stock) dan Obligasi (Bond)
3.
Harta Tetap (real Assets) yang terdiri dari :
Tanah,gedung, Peralatan.
4.
Harta Tidak Berwujud (intangible assets) terdiri dari
: Hak Paten, Hak Pengelolaan Hutan, Hak Pengelolaan Tambang, Goodwill.
4.
AKTIVITAS BISNIS (Business
Activity)
Aktivitas
bisnis adalah kegiatan untuk mencari laba melalui efektivitas penjualan barang
atau jasa efisiensi biaya yang akan mengahsilkan laba. Aktivitas itu dapat
dilihat dari laporan Laba-Rugi, yang terdiri dari unsur :
1.
Pendapatan (sales atau Revenue)
2.
Beban ( Expenses)
3.
Laba-Rugi ( Profit-Loss)
H.
FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS
FAKTOR
LABA BELUM MENCERMINKAN KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN
Dalam menilai hasil
pencapaian/prestasi perusahaan yang terlihat pada laporan keuangan perusahaan,
pimpinan perusahaan biasanya berorientasi pada laba perusahaan saja. Padahal
dari laporan keuangan dapat tercermin berbagai aspek/masalah potensial yang
mungkin segera harus ditanggulangi.
Perusahaan dengan laba kecil, namun kondisi keuangan memadai, relatif akan lebih baik dibanding perusahaan dengan laba besar, namun kondisi keuangan buruk.
Analisis Laporan Keuangan Cermin Keberhasilan Perusahaan danPedoman Perencanaan Perusahaan.
Perusahaan dengan laba kecil, namun kondisi keuangan memadai, relatif akan lebih baik dibanding perusahaan dengan laba besar, namun kondisi keuangan buruk.
Analisis Laporan Keuangan Cermin Keberhasilan Perusahaan danPedoman Perencanaan Perusahaan.
Analisis Laporan Keuangan merupakan
alat informasi untuk membantu para manajemen dalam mengambil keputusan. Bagi
manajemen, perlu dalam rangka mengetahui efisiensi pendayagunaan sumber daya.
Bagi bankir, ini sangat penting dalam rangka pemberian kredit baik kredit
jangka pendek yang melihat likuiditas perusahaan atau kredit jangka panjang
yang menganalisis arus kas. Juga pemilik mencoba melihat profitabilitas dari
usahanya dan juga penting mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang
dilakukan Demikian juga calon investor akan mencoba menganalisis
“trend” dari penjualan, juga kontinuitas dunia usaha serta profitabilitas
terhadap komoditi yang akan diinvestasikan.
SEKIAN...!!!
........INDAHNYA SALING BERBAGI...!!! ;)........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar